Tulisan ini
berawal dari ketika aku melihat status salah satu kawanku di akun Facebook
miliknya. Ia mengatakan bahwasanya “untung saja skripsi gag bisa ngomong, kalo
bisa ngomong, pasti dia akan protes dan menuntut karena sudah digantung
berhari-hari “tak disentuh sama sekali”.
Kira-kira
begitulah inti dari status di akun FB-nya. Dari situ jadi sadar diri, beberapa
waktu lalu juga sempat “menggantung” si skripsi. Pernahkah kita sejenak
merenung mengenai etika kita ataupun sikap kita terhadap apa saja yang telah
kita lakukan terhadap tugas-tugas ataupun pekerjaan yang ada di depan kita.
Utamanya di sini adalah tugas akhir atau skripsi kita. Memang keadaannya
sangatlah berbeda dengan ujian nasional. Kalau ujian nasional ada patokan nilai
dan waktu yang mengejar kita. Jika kita tak mengikuti ujian pada waktu yang
ditentukan, ya sudah…kata TIDAK LULUS pastilah akan ada dihadapan kita.
Bedanya dengan
skripsi, kita bisa mengerjakannya sesuka kita, semaunya kita, seluang waktu
kita, dan bisa sesuaikan dengan target yan mungkin telah kita rencanakan
sebelumnya. Namun, namanya juga manusia. Kadang target yang sudah direncanakan
dengan sangat indah harus sedikit atau bahkan malah 180 derajat berubah, karena
memang begitu banyaknya godaan yang melingkupi kita. Berbagai macam alasan
kemudian datang sebagai sebab “menggantung” skripsi. Susah ketemu dosenlah,
buku referensi yang gag nemu-nemu juga, kepikiran ganti judul, atau malah
sempet mikir ngapain cepet2 nyelesain skripsi, lagian mau ngapain to habis
lulus?? Itulah kira2 beberapa alasan yang kemudian menjadi awal digantungkannya
skripsi.
Tak ingatkah
ketika awal membuat proposal pengajuan skripsi atau perjuangan yang begitu
menggebu memformulasikan judul untuk skripsi kita??? Direwangi nyari buku
referensi kesana kemari, direwangi baca buku sampai lewat tengah malam,
direwangi diskusi dengan beberapa orang, eh…giliran uda sampai tengah jalan di
anggurin gitu aja, digantung, ditelantarkan. Tak ingatkah juga jika ada orang
diluar sana sedang menunggu skripsi kita kelar; ayah, ibu, adek, kakak, juga
bagi calon mahasiswa yang ingin mendaftarkan diri mereka di jurusan yang kita
ambil juga. Mari sejenak merenungkannya.
Kalau saja
skripsi itu bisa ngomong, pasti dia akan berontak. Betapa sabarnya ia, kadang
tanpa berpikir ngomel-ngomel sama si skripsi, “kamu tuh bikin aku pusing! Dah
tak kerjain sampai begadang2 tiap hari masih saja di revisi terus!” Dan tak
lama kemudian si skripsi udah dilempar begitu aja ke pojok kamar. Dan dia pun
masih begitu sabar menunggu “disentuh” untuk direvisi kembali.
Skripsi tak
pernah mengeluh, protes atau menuntut ketika “digantung”. Bahkan ketika tak
diteruskan pun atau ganti judul pun ia menerima dengan sangat ikhlas. Maka bagi
temen2 yang sedang menempuh skripsi, mari terusi dengan tekun apa yang sudah
kita mulai. Perlakukan skripsi yang telah kita ambil dengan perlakuan yang
layak. Bagaimana pun juga kita harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah
kita pilih. Ayo semangat dan tekun menyelesaikan tugas akhir kita. Apa pun yang
kemudian menghambat jalan kita, hadapilah dengan ikhlas dan sabar. Bagaimanapun
juga itulah bagian dari perjalanan hidup kita. Sekali lagi selamat
menyelesaikan tugas akhir sesuai dengan target yang telah direncanakan. ^_^
LAGI LAGI CURHAT
ReplyDeleteyo rapopo,sekalian latihan nulis.
Deletembak,,,join back y,,,, kren blognya...
ReplyDeletenuwun,,,:)
Delete